SELAYANG PANDANG
Vihara "AVALOKITESVARA" dibawah pengurus YAYASAN CANDI BODHI DHARMA
(T.I.T.D KWAN IM KIONG)
CANDI - PAMERKASAN, MADURA, 69382
TELP/FAX : 081233682187 / 08123578804
Email: avalokitesvaracandi@hotmail.co.id
Candi Bekas Kerajaan Majapahit
Hingga saat ini masih merupakan daerah yang terselubung dalam
legenda untuk mengetahui apa yang terjadi pada masa silam di daerah
Pamekasan. Hal ini memang bisa dimengerti sebab daerah Pamekasan
hingga saat ini tidak ditemukan catatan-catatan yang otentik baik
yang berupa enkripsi ataupun deskripsi seperti halnya didaerah
Sumenep.
Akan tetapi di berbagai tempat banyak ditemukan sisa-sisa
peninggalan budaya. Salah satu dari penemuan tersebut adalah apa
yang ditemukan oleh seorang laki-laki bernama Pak Burung pada
sekitar awal tahun 1800 yakni empat buah patung yang terbuat dari
batu hitam yang keras di kampung Candi. Kampung Candi saat ini
termasuk lingkungan Desa Polaga di wilayah kecamatan Galis,
Pamekasan, Madura.
Perkampungan Candi merupakan perkampungan yang lokasinya di dekat
pantai, yakni pantai Selat Madura, pantai selatan di daerah
Kabupaten Pamekasan. Pantai tersebut dikenal sebagai pantai Talang.
Pantai Talang memang merupakan pantai yang landai dan baik sekali
pemandangannya. Termasuk juga digunakan sebagai pelabuhan. Karena
itu tidak heran kalau sejak zaman raja-raja memerintah, di pantai
Talang dibangun sebuah pelabuhan yang walaupun tidak banyak
berkembang sampai saat ini masih berfungsi. Berkat keindahan
pemandangan di alam sekitar pantai Talang maka saat ini pemerintah
daerah tingkat II Kabupaten Pamekasan membangun tempat pariwisata
yang dinamai TALANG SIRING.
Sesuai dengan fungsinya sebagai pelabuhan pantai Talang pada masa
zaman raja-raja dahulu selalu dijadikan tempat berlabuh perahu-
perahu dari seluruh penjuru nusantara, khususnya armada Majapahit
untuk mensuplai daerah pamekasan, baik berupa keperluan keamanan
ataupun keperluan spiritual seperti pengiriman patung-patung dan
lain sebagainya.
Demikian setelah kerajaan JAMBURINGIN berdiri (di dareah Kecamatan
Proppo sebelah barat kota Pamekasan) dibawah kekuasaan Majapahit
(awal abad XVI), pembangunan daerah pamekasan mulai dilakukan
orang, termasuk pembangunan candi-candi (pada saat itu raja-raja di
Madura khususnya Jamburingin masih beragama Budha)
Pada mulanya candi kraton Jamburingin akan dibangun disuatu tempat
yang agak berjauhan dengan kota Jamburingin. Karena itu candi yang
dimaksud tidak jadi diwujudkan. Hingga saat ini dimana candi
tersebut akan dibangun tetapi gagal, tempat tersebut sampai
sekarang dinamai "CANDHI BURUNG" (Burung dalam bahasa madura
berarti gagal). Desa Candhi Burung saat ini merupakan salah satu
desa di kecamatan Poppo yang lokasinya berdekatan dengan desa
Jamburingin (Nama Jamburingin yang dulunya sebagai nama sebuah
kerajaan saat ini sudah menjadi nama salah satu desa di kecamatan
Proppo Pamekasan)
Kemudian raja-raja Jaburingin (keturunan Majapahit) tersebut
membangun candi di sebelah timur kraton Jamburingin di kampung
GAYAM (kurang lebih 2 kilometer ke arah timur kraton Jamburingin).
Sampai saat ini masyarakat kampung Gayam (termasuk desa Proppo)
masih menyebut tempat tersebut "CANDI GAYAM". Saat ini tempat
tersebut merupakan semak belukar, namun masih terlihat bahwa
ditempat tersebut pernah dibangun sebuah Candhi. Apalagi setelah
ditemukan "BATU BATA BERUKIR" yang diperkirakan berkas dinding
candi Gayam tersebut.
Demikian kiriman patung-patung dari Majapahit ke kraton Jamburingin
sama sekali tidak terangkat setelah tiba dipelabuhan Talang,
Penduduk saat itu hanya bisa mengangkat beberapa ratus meter saja
dari pantai. Karena itu penguasa penguasa kraton Jamburingin
memutuskan untuk mebangun candi di tempat tersebut . Tetapi tak
berapalama setelah itu agama Islam (agama baru) mulai tersebar di
daerah Pamekasan dan mendapat sambutan baik dari penduduk. Karena
itu candi di pantai Talang tak terlaksana juga. Patung-patung
kiriman Majapahit ditinggalkan orang, lenyap terbenam oleh zaman
dan memang benar-benar terbenam masuk kedalam Bumi, tertimbun
tanah.
AVALOKITESVARA BODHISATVA (KWAN IM PO SAT)
Demikian setelah pak Burung menemukan patung-patung diladangnya,
berita tersebut sangat menarik perhatian penjajah Belanda. Karena
itu pemerintha Hindia Belanda menugaskan Bupati Pamekasan saat itu
yakni Raden Adullatif Palgunadi gelar Panembahan Mangkuadiningrat I
(tahun 1804-1842) untuk mengangkat dan memindahkan patung-patung
penermuan Pak Burung tersebut ke Kadipaten Pamekasan. Tetapi karena
saat itu pengankutan juga masih sangat terbatas dan patung tersebut
sangat berat tak dapat diangkatnya. Pamindahan patung-patung
tersebut ke Kadipaten Pamekasan gagal pula. Maka patung-patung
tersebut tetap berada ditempat ketika saat diketemukan.
Akhirnya 100 tahun kemudian sebuah keluarga keturunan Cina didaerah
itu membeli tanah (ladang) dimana patung-patung tersebut berada.
Patung-patung tersebut dibersihkan dan baru diketahui bahwa patung
-patung tersebut adalah patung-patung BUDHA versi Majapahit dalam
aliran Mahayana yang banyak penganutnya di daratan Cina. Salah satu
patung penemuan Pak Burung yang berukuran besar ternyata patung
AVALOKITESVARA BODHISATVA. Berukuran:
Tinggi: 155 cm
Tebal Tengah: 36 cm
Teal Bawah: 59 cm
Avalokitesvara Bodhisatva merupakan versi Majapahit dari aslinya
yang bernama KWAN IM PO SAT
Susunan Pengurus Yayasan Candi Bodhi Dharma |
Ketua | : Ir. Kosala Mahinda |
Sekretaris | : Janita Hodinata |
Bendahara | : Widyanti |
Pembina | : Dr. Ir. Yudi Wibowo Sukinto.SH.MH Imam Santoso |
Penagwas | : Lim Budi Santoso Dharma Kusuma |
|